Dosen “Killer”

Dosen killer adalah istilah untuk dosen yang hobi ngasi nilai minimum atau nilai gagal ke banyak mahasiswa karena alasan2 tertentu. Dosen killer umumnya terkenal di kampus dan sering kali jadi MAN OF THE YEAR di setiap akhir semester. Dosen killer juga selalu dikenang dan diperbincangkan di setiap acara REUNIAN. Itu makanya kadang2 ada terlintas di pikiran,”Asyik juga ya jadi dosen killer”  :mrgreen:

 

Dosen Killer, Dosen Teladan [?] 

Setelah berakhirnya semester yg lalu (saat postingan ini ditulis semester berikutnya baru saja mulai) ada beberapa mahasiswa yg berani-beraninya coba2 mengkonfirmasi tentang nilainya yg terpampang di Mading atau yg langsung diterimanya di lembar KHS (Kartu Hasil Studi) atau ada juga yg dari sistem on-line mlalui berbagai fasilitas yg ada. Umumnya yg coba2 konfirmasi itu adalah mereka2 bernada komplain kenapa nilainya itu (D atau E) kenapa gak ini (B atau A kali), dan belum pernah sekali pun yang komplain kenapa nilainya A atau B, kenapa tidak C atau D atau E.

Ah… saya bercanda aja.. Bukankah yang disebut salah itu adalah segala sesuatu yg merugikan diri pribadi, sedangkan yang menguntungkan diri bagaimana pun kejadiannya, bisa2 saja dipoles untuk disebut : benar. Misal dengan berkata, “Bapak memang bijak kalo ngasi nilai”.

Yah, ku tau apa yg kau mau. 😆

Siapa bilang dosen killer itu berarti dosen teladan ? Setidaknya kalo saya masih mahasiswa, saya pasti paling tidak suka dengan kalimat sebelum dari kalimat ini [rasain diputar2 dikit]. Tapi sebenarnya kita bisa menarik benang merah untuk mengkaitkan antara dosen killer dan “istilah” dosen teladan tadi. Gimana ? 

Begini.

Dosen2 yang “irit nilai” umumnya berargumen bahwa kalo memang si mahasiswa belum mengerti kenapa mesti diluluskan. Bukankah itu sama saja dengan berbohong saat meluluskan saja mahasiswa yang belum kompeten di [materi] kuliah yg telah diikutinya tersebut. 

Tetapi seorang dosen yg “pemurah” pernah ngomong ngini, “Kalo memang varian nilai itu ada yg selain A dan E, kenapa kita mesti terjebak memilih yang 2 itu saja. Kalo pun si mahasiswa rada2 bego, kenapa gak ngasi nilai C atau D aja”.

Yah.. begitulah. Di setiap simpang kehidupan ini memang selalu saja ada aliran-aliran yang menyiratkan perbedaan jalan.

Lalu salahkah perbedaan ? Ah…, sudahlah.

Tetapi benarkah dosen killer itu dosen teladan ? 

Menurut saya adalah : benar ?

#Bukgh, wadduh… digebukin mahasiswa nih# 

Baiklah karena takut di demo saya ralat…

Menurut saya benar, jika sekiranya tidak ada motif2 pribadi di ke “killer” an nya itu. Lha, pribadi apa ? Bukankah dosen itu pendidik, pengayom, pahlawan, penggugu,… dstnya.

Tahukah anda bahwa : Tidak semua dosen killer itu berhati mulia. 

#Puk puk puk… beberapa mahasiswa tepuk tangan# 

Karena menurut sejauh pengamatan saya ada dosen2 yang killer gara2 alasan menyimpang berikut :

[1] Pengen ditakuti eh disegani sivitas akademika khususnya mahasiswa, yah sekaligus jadi seleb kampus eh terkenal gitu lha…

[2] Dendam dari masa lalu karena waktu dia kuliah memang nilainya juga tidak mudah diperoleh.

[3] [Lagi2] Dendam karena mahasiswa suka ngata2 in kelemahannya di selebaran semacam angket misalnya.

[4] Pengen dibilang dosen hebat. Yah sebenarnya sama saja dengan yg no.1.

[5] Ah… bukan, supaya [lebih] kren mendidik aja. Mahasiswa kalo mengulang kan jadi belajar lagi, bayar lagi, dan tentu kesempatan dia untuk belajar dan menjadi pintar bertambah.

[6] Bisa juga sebagai strategi untuk menyembunyikan kkurangan dalam menguasai materi. Sehingga mahasiswa protesnya bukan masalah pnguasaan materi ajar tapi masalah killer-nya.

[7] Ada masukan lain, katanya bisa juga demi menutupi kelemahan dalam menyampaikan materi ajar, karena kurang OK dalam menyampaikan materi pengajaran dan agar tidak ketauan benar kalo diprotes2, sehingganya…. sama dengan no.6

        

Baiklah… 

setelah saya pikir2, untuk menghormati sesama teman satu partai kolega, saya lebih cendrung memilih alasan no.5. Alasan tersebut adalah alasan yang terwajar dan lebih elegan.

Tapi ktika saya mbuka baju sebentar bahkan sampe ber “telanjang“, seperti melupakan partai, kelompok, aliran, jema’ah profesi saya saat ini, maka alasan selain yang no.5, boleh juga dipertimbangkan dan dilacak-ulang kebenarannya… :mrgreen:

Tapi bagemana pun, urusan menilai, jegal-menjegal dan gagal-gagalan, pertanggungjawabannya adalah, tentu : dengan atasan dengan Tuhan.

Gitu aja ko repot… 😀

37 komentar di “Dosen “Killer”

  1. weh dosen killer??
    *kabur pertamax*
    :mrgreen:

    Herianto :

    Eh kok malah kabur…
    Jangan kabur utk mjauhi masalah…tapi mdekatlah, dengan bgitu akan lebih mungkin ketemu solusinya.

    #Rasa’in, sang pembijak mulai beraksi# 😀

  2. waduh pak jadi ingat pembimbing II skripsi sayah.. 😦
    sampai terakhir sayah mo pulang dari jawa sana, saya sempet ketemu tu orang… namun pada saat liat mukanya waduh saya bener2 muak! *muak dalam artian asli nih pak* hehehehehe
    ga tau padahal udah satu tahun berlalu, tapi tetep kalo liat mukanya pasti bawaanya muak dan terbayang2 waktu skripsi itu… huehueuheu
    *astaga moga-moga aku dimaafkan iks*
    tapi kalo pembingbing atu emang dosen teladan pak.. jadi saya menemukan dosen memuakkan killer sekaligus dosen teladan

    :mrgreen:

    Herianto :
    Jangan terlampau membenci, bisa jadi kelak kau justru [sangat] menyukai, jangan juga terlampau menyukai, bisa jadi kau akan sangat membencinya nanti… (Ini kata2 siapa ya ?) #Eh… yg barusan ya saya dong# 😀

    Killer-nya itu dalam bentuk apa ya, bisa saya bantu mmecahkan masalah anda ? :mrgreen:

    #ngGaya Konsultan mode ON#

  3. Dosen Killer!!!!! asik juga tuh… Supaya Mahasiswa jadi segan dan tidak seenak udel aja…
    Mahasiswa sekarang, banyak juga yang kurang sopan dan tidak tau diri!!!!!
    itu fikiran gue lagiiiii :))

  4. Dosen-dosen saya yang paling terkenang hingga sekarang ialah yang killer, dan yang aku kenang dari mereka adalah kebaikan mereka. Sekalipun demikian, aku nggak berminat jadi dosen killer.

    Herianto :
    Kebaikan dosen2 killer…. asyik dong.
    Tapi gmana dong ini ilmunya pak…
    Dosen killer, tetap dikenang dan dalam kebaikan… Kok gak berminat ya pak Shodiq.. 🙂
    Mungkin baiknya ya, tapi killernya gak ya pak ?

    #Salam dosen killer#

  5. Assalamu’alaikum Bapak-Bapak
    Matur nuwun sangat Bapak-Bapak…… kalo tidak salah dosen, guru pendidik ato apalah namanya yang penting apa yang Bapa-Bapak lakukan dilandasi oleh kerja yang ihklas, perhatian dan penuh tanggungjawab kalo merasa setiap pekejaan kita adalah ingin mendapatkan amal untuk ibadah… tentunya apa yang kita lakukan selalu membuat “orang lain” menjadi senang dan tenang dalam menerima apa yang kita “berikan” maka istilah-istilah yang membuat wajah dan ekspresi para mahasiswa yang “cemberut” tidak akan terjadi. Yakinlah seenak apapun makanan yang diberikan kepada orang lain kalo cara menyajikan tidak pas maka tentunya tidak akan terasa eneknya oleh orang tersebut, demikian juga sebaliknya sesederhana apapun menu makanan yang disajikan kepada seseorang dengan cara yang santun dan bersahaja, maka makanan itupun terasa nikmat. Disisi lain semahal apapun makanan, seenak apaupun makanan se banyak apapun makanan yang diberikan kepada seseorang jika orang itu tidak punya selera untuk memakannnya maka tidak akan pernah dimakan makanan tersebut. Banyak faktor penyebab mengapa orang tidak mau makan makanan yang kita berikan meskipun makanan itu enak, mahal, banyak dan lain sebagainya. Nah mungkin faktor ini yang saya usulkan untuk kita didiskusikan dan dikaji penyebabnya sehingga orang yang tidak mau makan tadi diberikan alternatif makannan yang lain, yang mungkin bagi kita itu tidak enak tadi bagi orang lain enak. karena ukuran “mood” seseorang dalam menerima “perlakuan” apalagi ada tuntutan dan konsekwensi dari perlakukan tersebut akan berpengaruh kepada hasil yang kita harapkan. Mungkin ilustrasi ini tidaklah berlebihan kalo juga diqiyaskan ke Bapak-Bapak para “pengajar dan Pendidik” dalam membahasa Thema “DOSEN KILLER”… siplah ya……
    Sekali lagi matur nuwun…matur nuwun… matur nuwun
    wassalamu’alaikum wr wb

    Herianto :
    Wa alaikum salam ustadz

    Jazakallah nasehatnya nih…

    Wassalam wr wb

  6. Semoga si dosen Killer “sialan” itu membaca postingan ini…
    Bertaubat lah…!!

    Wassalam

    Herianto :
    Eits…
    Doa anda sepertinya terkabul… 😆
    Dia bukan cuma membaca postingan ini, tapi juga yg mbuat postingan ini… :mrgreen:
    Ayo mas eh mbak, yg sabar dong…

    Eh beneren nih mahasiswa saya ? 🙂
    Ah saya kan dosen baik2, tapi killer juga. :mrgreen:

  7. Assalamu’alaikum wr wb

    Sebenarnya Guru atau Dosen memiliki derajat yang sangat tinggi ditengah-tengah kaum, karena dengan susah payah, tidak kenal lelah memberikan dan mengajarkan ilmu yang dimilikinya kepada orang lain (tentunya dengan keihlasan dan tanggungjawab) istilah lainnya “pahlawan tanpa tanda jasa” ya tentunya jasa dalam bentuk materi memang dapat dinikmati sesaat, namun jasa dalam bentuk non materi kalo mau dinikmati jauh lebih besar lagi… karena salah satu amalan yang tidak pernah putus untuk dinikmati hasilnya adalah ILMU YANG BERMANFAAT…. sampai kapanpun selama ilmu itu digunakan dan berguna untuk kemaslahatan ummat maka selama itu pula sang “empunya” ilmu tadi terus menikmati “jerik payahnya” meskipun dia telah tiada (dipanggil yang ILAHI). Luar biasa multipliyer effect dari ilmu yang diajarkan.
    Disisi lain dalam mengajarkan ilmu atau istilah kerennya transfer knowledge tentu ada ada pula ilmu dan caranya… menurut Teori Mengajar untuk mengetahui daya serap ilmu yang diajarkan kepada orang lain maka perlu ada tools untuk mengukurnya sejauh mana penguasaan ilmu itu diserap oleh orang yang menerima ilmu. Memang ada banyak cara dan metode untuk melakukan evaluasi pencapaian penguasaan transfer knowledge tadi. Diantaranya dengan munculnya nilai berupa A, B, C, D, E setelah menempuh “evaluasi”.

    Salah satu pemicu istilah…. apa tadi DOSEN KILLER ya….. kalu tidak salah… tapi sepertinya istilah ini serrem ya….. wah… pokoknya apalah istilahnya…. setelah hasil yang didapatkan adalah C, D atau bahkan E (gagal) begitu yah istilahnya… apalagi sampai berulang-ulang mendapatkan nilai tersebut maka tentunnya yang merasa “terhakimi” dengan nilai tersebut lalu kemudian menimbulkan berbagai macam persepsi terhadap yang memberikan nilai…. PELIT lah, SOK..la, GAYA lah, KILLER lah dan seterusnya dan seterusnya….

    Tadi kita cerita Qiyas….kalau tadi soal makanan mari kita bawakan ke Qiyas seorang tamu dengan tuan rumah, seorang tuan rumah memiliki kewajiban untuk menghormati tamunya dalam bentuk pelayanan, lalu sang tamu pun memiliki kewajiban untuk menghargai pemberian dan pelayanan si empunya rumah. kalau ada saling hormat menghormati disana dan munculnya saling hargai menghargai…. maka indah hidup ini. Seorang “guru” jika bisa menghargai “muridnya” dan seorang murid bisa menghormati “gurunya” maka tidak akan muncul berbagai prasangka-prasangka……Akuilah hak dan kewajiban masing-masing…. “guru” mari mengajar dengan santun, dan “murid” mari menjadi murid yang “teladan” ……….

    INTINYA “guru” punya kewajiban “MENGAJAR dan MENGEVALUASI” “murid” punya kewajiban “MENERIMA dan MENGAMALKAN” apapun hasilnya kalau semua dilandasi dengan keikhlasan tidak ada istilah IRI…DENGKI…DENDAM…dan seterusnya. “guru Ihlas “mengajar dan mengevaluasi” sedang “murid” ikhlas “menerima dan mengamalkan” Subhanallah Luar Biasa maka lahirlah Generasi yang UNGGUL dan CERDAS bukan generasi yang saling CURIGA-MENCURIGAI”….. ingatlah hampir semua malah petakan yang ditimbulkan oleh manusia berasala dari niat curiga mencurigai dan berlanjut kepada BENCANA ……….
    Wallahu’alam.

    rehat dulu…
    wassalamu’alaikum wr wb

  8. Semua dosen juga manusia, semua manusia sama koq.
    Saya juga pernah berfikir untuk menghindari dosen killer, namun akhirnya saya berfikir, bukan killernya yang saya takuti, tapi karena kemampuan kita sebenarnya yang kita takuti tidak bisa mengikuti mata kuliahnya.
    yang Killer itu perasaa diri kita, bukan dosennya 🙂

  9. @pak herianto
    hehehehhe

    Killer-nya itu dalam bentuk apa ya, bisa saya bantu mmecahkan masalah anda ?
    #ngGaya Konsultan mode ON#

    ngGaya ataukah diGaya-kan pak hehhehe
    btw emang saya muak kok pak ama tu dosen.. emang banyak dosen fafour sayah, seperti pembimbing I sayah itu.. *moga-moga beliau dikaruniakan rejeki dan kebahagian.. aminn*
    kalo persoalan killer terhadap bahan skrip sayah yg salah maka saya akan akui dan membenahinya..
    tapi ummhhhh gimana yah ngomongnya.. hehehe ga apa2 deh pak.. moga2 tu orang sadar aja dah… sebab hampir seluruh “mahasiswa” yg menjadi dosen pembimbing tu orang udah merasakan kayak saya jga… dan sudah menjadi bisik2 dikalangan dosen jga sih.. heheheh cuman karena dia termasuk dosen yg katanya jenius makanya dipertahankan terus 😦

  10. @aRuL
    Dosen killer ada juga yg berawal dari sifat dasar sang dosen yang perfectionist atau seorang yg berprinsip idealis dimana dalam strata kemasyarakatan selalu saja ada individu2 yg berkarakter demikian. Mereka kadang dibutuhkan.
    Tetapi kalo ke killer an nya berasal dari subjektivitas diri, jarang ngaca atau tak mau mnilai diri sendiri seperti dia menilai orang lain, saya juga kurang setuju kok.
    Kalo dia mampu perfect lalu menginginkan orang2 juga perfect seperti dia, that is OK2 aja. Tapi kalo dia sendiri berantakan, cara ngajarnya gitu2 terus, ilmunya jalan di tempat, dan mahasiswa yg tidak mengerti atau memahami akibat klemahannya sendiri tsb lalu dihukum dengan nilai gagal, ini ya tidak benar.
    Idealis boleh tapi juga harus tau diri dan begitu di lapangan harus realistis, supaya yg ideal dan yg real bisa nyambung. Saya jadi teringat dengan fiqul waqiyah. Lha… 😀

    @almastacie
    Yah, manusia2 menyimpang memang selalu ada dimana2, kita wajib meluruskannya, kalo gak bisa sendiri ya bersama2.
    Yg repot memang kalo yg menyimpang itu justru atasan kita, atau orang2 yg semestinya kita hormati semacam guru. dosen, bahkan orang tua. Dalam hal ini setiap kita punya kiat khusus untuk menghadapinya. Ayo, siapa yg mo ngasi solusi thdap kasus dari almastie ini. Dosen killer tapi bukan di objektivitasnya, gitu ya mas ? Justru di hal-hal lain yg bukan substansi dari yg semestinya.
    Ternyata yg beginian ada dimana2 ya ? 🙂

  11. di Fak t4 aq kul ada dosen yang baik, ramah dan lain2.
    Tapi waktu kami terima nilai rata dapet E, masih untung Dapet D he he………….

  12. ahh dosen killer
    saya punya dosen sok killer, jaim di depan mahasiswa, sok disiplin, sok galak, dan dosen kayak gini yang paling gak di segani oleh mahasiswa.

    beda lho pak ya antara dosen disiplin dan dosen sok disiplin :mrgreen:

  13. @ cK
    Mmm…
    Saya cuma ngamatin avatarnya … apa an tuh
    Kok gak tangan itu aja ya :mrgreen:

    Untung tema-nya “Dosen killer”,
    kalo “guru killer”, wah…

    #Kok kabur aja, gak nunggu *e*ing dulu nih#

  14. Menurut saya sih, Pak, istilah dosen killer itu hanya sebuah stigma yang sengaja diberikan untuk membikin imaje yang kurang menyenangkan pada dosen yang bersangkutan. Sebenarnya sih dosen semacam itu yang bener, bukan dosen yang asal berikan nilai tanpa dikoreksi, hehehehe 😀 Dosen yang masih memiliki idealisme untuk memberikan nilai secara objektif semacam itu konon kini sudah mulai langka. :mrgreen:

  15. @Sawali Tuhusetya
    Setuju nih pak Sawali…
    Tapi ada2 saja oknum yang mengotori kepentingan “objektivitas” atas yg bertitel si dosen killer “ideal” ini…
    Ada [bahkan banyak juga] yg memerankan tokoh “killer”, tapi untuk menyembunyikan dirinya sendiri.
    Mahasiswa diberinya nilai rata2 gagal misalnya, kemudian mengambil kuliah itu lagi, tapi di kuliah yg berikutnya tsb tidak ada modifikasi/kreativitas metoda pengajaran bahkan evaluasi thdp dirinya sendiri (si dosen) kenapa si mahasiswa tak mampu mengikuti kuliahnya dgn baik sebelumnya tidak dilakukan.
    Yg ada cuma menyalahkan dan menyalahkan si pembelajar.
    Nah, ini yang saya maksud fenomena lain di masalah pendidikan kita… guru/dosen-nya juga.

    Eh, yang mahasiswa jangan ke GeEr an ya mendengar komen ini, saya juga kecewa dengan fenomena rendahnya kemauan belajar sendiri oleh para mahasiswa sekarang…

    Gak kayak kita2 dulu lah pak… 😆

    #Kayak apa itu ya ?# 😀

  16. Pengen ditakuti eh disegani sivitas akademika khususnya mahasiswa, yah sekaligus jadi seleb kampus eh terkenal gitu lha

    Itulah Pak…seringkali keinginan untuk dihormati dan disegani berusaha diwujudkan dengan hal2 yang menakutkan

    BTW yang “killer” tidak selamanya negatif kan Pak … contohnya pain killer hehehe

  17. @deKing van deDreef
    Serius nih…?
    Gmana cara ngChecknya ya…
    Masih gaptek nih di WP… :mrgreen:

    Ternyata mas akismet itu “killer” ya … 🙂

    Tapi kok yang terakhir di atas kagak tuh…
    Ayo ada apa ini…

    Ah, tergantung niat kali … :mrgreen:

  18. tp ga semua dosen killer doang pak yang di inget, dosen yang baik banget juga bisa dikenang..

    tapi kL boleh ngmg dosen yang chasingnya keliatan killer ya PAK Witardi..

    ancur deh,, pas ngeliat dia, bawaanya dah ketar ketir…
    apalagi pas jadi penguji seminar dan sidang skripsi,, serasa di dunia ini dia yang paling benar…
    hampir semua mahasiswa TAKUT ma dia…
    termasuk saya… he….

    tapi Lg,, pas udah sidang,, ternyata yang saya kira chasingnya killer bisa juga jadi oRang paLing jayus.. dalam hati saya ngmg “”bisa bercanda jg ya pak wit?”” he..

    semenjak saat itu saya pikir, sebenarnya ga ada dosen killer, mungkin kurang pendekatan aja.. “kaya mw cari pacar az.. he he he

  19. ass…

    saya pernah punya pengalaman dengan dosen killer,, saya prnh ambil mata kuliah Sistem Operasi(SO) dengan pak X di STMIK swasta di Kuningan.

    saya dan semua mahasiswa yang mengambil mata kuliah SO yang diajar pak X hampir 90% tidak lulus dengan nilai E. saya ga ngerti, apa yg salah dengan kami.
    kL g Lulus gara2 absen ga mungkin krna kami sering masuk, wlopun ada beberapa yang jarang masuk tapi kami ga ngelewatin batas jumlah max absen di kampus. di peraturan kampus kami absen yang melewati batas max tdk bs ikut uas,, sedangkan kami ikut uas semua.
    kLo alasan tgs, kami semua ngumpulin tugas yang pak x kasih, UTS bagus, UAS Lumayan..

    dari mana letaknya kami mayoritas dapet E,
    YANG SALAH SIAPA????

    krna hal itu kami ANTI dengan pak X..

    wass

  20. pertama saya liat p’heri…. wuich, memang keliatan killer pak!
    mungkin p’heri terlalu berwibawa… :-> hehehehe””’

    tapi menurut saya… (begini), dosen killer itu adalah dosen yang selalu cemberut, sering ngasih nilai jelek, nggak deket sama mahasiswanya dan mengajar pelajaran yang nggak saya ngerti, komplit dah tuh! bener2 dosen ngeselin…!

    oya, p’heri ngajar apa di Unsada??

    Herianto :
    Saya berada di antara killer dan non killer tgantung mood dan situasi. Kalo mhs – nya OK kenapa mesti killer …
    Saya mengajar kuliah2 yg berkaitan dengan komputer. :mrgreen:

  21. Pak, saya pernah dibimbing sama dosen killer. Kalo jadwa bimbingan, jadi sok sibuk, gayanya Udah kaya pejabat ekselon III gitu Pak. Tesis saya jarang perbah dibaca. Kalo diskusi, ga pernah gak marah_marah. Sebel jadinya. Menurut Saya, Dosen killer, adalah dosen yang ga tau artinya sakit hati. Kalo ngomong ga dipikir dulu. Umumnya Ga punya rasa ingin minta maaf kao salah. Susah senyum, apalagi berbicara dengan suara rendah,gampang tersinggung and emosian. Dosen killer juga biasanya ga banyak kenal mahasiswanya, meski itu mahasiswa bimbingannya. Dosen killer sebaiknya ikut Trainning Emosional Spiritual Quetion. Atau ikut acara kerohanian dan menjiwai setiap sembahyang. Supaya rohaninya tenang. Dosen Killer perlu Banyak didoain supaya cepat taubat, beribadah bukan hanya ritualitas. Pak, yang penting lagi, seorang dosen killer biasanya kalo ngajar, banyak mahasiswa yang dianggap sudah Prof, jadi udah ngomongnya ga dimengert, ga boleh salah kita mahasiswa pak. Dosen killer juga biasanya mukanya jadi kebawa jelek.
    USUL: Dosen Killer mendingan salurin bakatnya masuk ke Geng Motor aja dech Pak.
    Saya kenal sama Bapak, walaupun ga pernah masuk kuliah yang saya ambil. Tapi banyak temen yang ngomongin Bapak ke saya.
    Mereka bilang di kampus paling seneng klo diajarin sama Bapak Herianto. Coz udah ganteng, baek, belajar juga ga stress, n jg ga boring. Tmen ku juga pernah dibimbing sama Bapak, dan mereka senang banget. Katanya mereka ga takut klo ngadep bimbingan. coz bapak sangat welcome sama mahasiswa siapa aja. Bahkan ada tmen ku yang mau DO jadi ga di DO malah lulus wisuda jadi sarjana.
    Dengernya aja saya udah seneng, tapi sayang saya ga sempat diajarin bapak.
    Oia pak, mau tau ga siapa masternya dosen killer versi saya dan temen2? Dosen Killer IPB yang enaknya masuk genk motor itu MUHAMMAD FIRDAUS. Dosen yang katanya masih suka ngajar Marketing di Dramaga Kampus.
    YAh mungkin sekarang juga masih banyak korbannya kali pak
    Tapi ya saya doain cepet taubat.
    Hidup ini hanya untuk bekal akherat kan pak, klo orang yang terzholimi, tidak ada batas antara dia dengan tuhan. KAsin aja dosen2 killer, pahala yang besar ditutup oleh sakit hati banyak orang.
    Gmn ya pak merubah orang spt itu??? Masih bisa kali ya???

  22. Saya juga merasa dosen killer di nilai :D. Tapi semata-mata semua karena tanggung jawab saya sama Tuhan. Masak saya meluluskan mahasiswa yang memang belum layak untuk lulus, itu sama dengan meluluskan pekerjaan karena hubungan keluarga alias KKN. Mahasiswaku, maafkan dosenmu ya, karena terlalu idealis, kalau tidak sanggup dengan dosen idealis, masuk ke kelas dosen lain saja :D.

  23. untuk apa, mengasi nilai E atau D itu, anak orang kuliah, ya tujuannya mau bekerja, jangan hambat mahasiswa untuk meraih cita-citanya, ingat sekarang persaingan sangat sulit, untuk mendapatkan pekerjaan, bagaimana mau bekerja kalau terhambat masalah nilai kuliah, sadarlah wahai bapak-ibu dosen killer,
    bagaimana jika anak kandungmu nilai kuliahnya jelek, bagaimana uang biaya kuliah yang terbuang percuma, hanya karena untuk mengulang mata kuliah yang jeblok?????
    dosen akan dikenang jika mahasiswanya berhasil dalam hidupnya.

  24. dosen killer = perbuatan dzalim, dan menimbulkan mudharat / kerugian untuk orang lain.

    “SADARLAH WAHAI DOSEN KILLER”, karena setiap perbuatan buruk, pasti akan ada balasannya dari tuhan yang maha kuasa.

Tinggalkan komentar