Penyelesaian Masalah melalui Masalah

Kali ini masalah yang hendak dibahas adalah masalah yang berkaitan dengan masalah. 😆 Masalahnya adalah masalah. :mrgreen: Solusi yang ditawarkan juga masalah. Penyelesaian masalah melalui masalah. 😉

Kok bisa ?

Ulasannya begini

Pertama saya teringat dengan kaidah “menggaruk”. Sekali lagi : MENGGARUK. Ya… anda tidak salah baca dan saya tidak salah menulis. MENGGARUK.

Kenapa kita menggaruk ? Karena gatal.

Menggaruk dan gatal adalah dua hal yg sama2 dapat membuat kita tidak nyaman. Bayangkan kalo anda menggaruk tanpa ada rasa gatal, tentu sakit (tidak nyaman) rasanya, bayangkan pula kalo anda gatal tapi tidak sempat menggaruknya, tentu lain lagi rasa sakit (tidak nyaman) nya. Jadi menggaruk dan gatal sesungguhnya dua hal yg sama2 dapat membuat kita tidak nyaman. Coba kalo dikombinasikan, maksudnya melakukan aktivitas menggaruk saat ada rasa gatal. Nikmatkan ? 😆 Bahkan semacam mendapatkan pemecahan (solusi). Ini yang dimaksud dengan : menghilangan rasa ketidak-nyamanan (gatal) melalui ketidak-nyamanan lain (menggaruk). Memecahkan masalah melalui masalah. Do u see the point ?

Spirit

Sebenarnya gagasan dasar yg hendak di-celotehi melalui tulisan ini tidak persis seperti judulnya. Bukan memecahkan masalah melalui masalah, tetapi : mendapatkan tantangan besar demi terhindar dari lingkaran masalah2 sepele. Masalah-masalah yang besar (masalah dalam hal ini sekali lagi maksudnya adalah tantangan) akan lebih mengoptimalkan fungsi pikiran (kemampuan) kita.

Maka terhadap pertanyaan : Kenapa pikiran anda acap “terganggu” oleh sejumlah hal2 “sepele“. Jawaban [sementara] versi tulisan ini adalah : karena anda gagal mendapatkan masalah yang sesuai dengan kapasitas anda. Atau dengan kata lain, kita seringkali menghindari masalah-masalah besar, masalah-masalah baru, masalah-masalah yang membuat kita tidak nyaman (enggan keluar dari zona nyaman), sehingga kita melingkar2 pada masalah2 sepele yg sebenarnya bukan level kita lagi untuk “terusik” olehnya.

Carilah masalah (tantangan) yg sesuai dengan kapasitas anda.

Uups… ada teman yg protes. Katanya bukan tantangan yg sesuai dengan kapasitas anda, tetapi tantangan yang lebih dari kapasitas anda. Saya ragu untuk menuliskannya, tapi OK juga. “Tantangan yang lebih dari kapasitas anda“.

Horee…

Akhirnya ada yang membantu menyodorkan “ide” pemecahan atas suatu tipe kerisauan.

Akhir-akhir ini ada satu hal yg sedikit banyak telah menyumbangkan kerisauan pada diri seseorang. Apa itu ? Yaitu tentang : jalan pikirannya yg acap “terganggu” oleh sejumlah hal2 “sepele“.

Sarannya adalah :

Carilah tantangan yang lebih dari kapasitas anda, agar tidak melingkar2 pada masalah sepele seperti yang anda maksud tersebut.

Barangkali ada saran lain ?

15 komentar di “Penyelesaian Masalah melalui Masalah

  1. aha.. sayah jadi teringat pesen dari teman.. bejalarlah mengenali masalah anda, dan tidak menghindarinya.. mengenali masalah lebih baik dari pada hanya berputar2.. seberat apapun masalah tetap bisa selesai
    :mrgreen:

  2. ada orang bijak bilang, jangan membesar-besarkan masalah yang kecil dan jangan membiasakan mengecilkan masalah yang besar. *halah sok tahu nih pak heri* artinya, apa pun masalah yang muncul mesti disikapi dan diselesaikan secara proporsional. agaknya butuh kearifan juga ya pak dalam menyelesaikan masalah.

  3. @almascatie
    Teman si almas itu orangnya tentu bijak dan baik sekali…
    Kenalin dong !

    @Sawali *halah* Tuhusetya
    Benar sekali pak…
    Waktu menulis postingan ini saja juga ragu (kok jadi peragu ya ?) jangan2 saya “keliru” dalam menilai masalah yg saya sebut SEPELE itu. Bukankah lebih banyak orang2 yg tergelincir justru karena masalah2 sepele.
    Tapi saya benar2 ingin menghindar dari masalah yg itu2 juga yg dapat menghalangi laju ke pertumbuhan jati diri berikutnya.
    Sepertinya istilah “Masalah SEPELE” seperti termaktub di atas perlu diperbaiki. Apa ya ? Apakah ada yg salah dalam meng-identifikasi fenomena ini…

  4. …enggan keluar dari Zona nyaman…. comfort zone….

    Saya jadi ingat mengapa orang enggan keluar dari wilayah yang dianggap nyaman karena memang nyaman dan dikenali dengan baik sehingga bahaya yang mungkin datang atau perubahan yang harus dilakukan (semestinya) dilakukan tidak dilakukan.

    Kemudian perubahan enggan dilakukan karena merasa nyaman. Seperti menggaruk karena gatal sampai batas bahwa isyarat gatal saja tidak cukup dan akhirnya penyakit yang sesungguhnya datang.

    Duh… sudah terserang kutu air nih, rambut berketombe, atau kita ingin bicara besar tentang keadilan besar, ketimpangan besar, sambil lupa… begitu banyak hal sepele yang sesungguhnya juga membangun masalah besar….

    Jadi ingat teman menasehati : urus urusanmu yang kecil… yang besar akan mengurus dirinya sendiri….

    Kita memang sering ingat hal besar, dan melupakan alas kaki …
    Mungkin begitu ya Mas. Namun, jika betulkan jika kita perhatikan yang sepele saja maka yang besar akan terbentuk dengan sendirinya…. ?

  5. Alhamdulillah, saya akhirnya menemukan jawaban dari kegelisahan saya beberapa minggu ini *halah, ketahuan banyak masalah*

    Yang saya pelajari dari hidup selama ini adalah, tidak ada masalah yang tidak terpecahkan, yang berbeda hanya endingnya saja… Terpecahkan dengan baik seperti yang diharapkan atau tidak.

    Allah sendiri sudah menyatakan bahwa Ia menciptakan dan menempatkan manusia dalam “masalah”. Artinya, 24 jam yang dijalani manusia adalah sekumpulan masalah yang akan terus menerus mengiringinya.

    Contoh kecil saja, kencing. Kencing sebenarnya adalah masalah. Karena ketika seseorang kencing, ia harus mencari tempat yang seharusnya, WC misalnya. Tapi kenapa banyak yang menganggap bahwa kencing bukan masalah? PAk dosen Her pasti bisa menjawabnya. 8)

  6. Jadi benar kan pak .. bahwa Tuhan tidak akan memberi cobaan yang tidak dapat ditanggung oleh umat-Nya??

    Dan .. seseorang menjadi dewasa, bukankah karena proses menyelesaikan masalah. Jika ga pernah memecahkan masalah, biasanya, cenderung ke kanak2an pak. Benar begitu ya pak??

  7. Bagi saya masalah adalah ketika apa yang saya harapkan tidak sesuai dengan kenyataan. Ya, sebuah ketimpangan antara harapan dan fakta. 😛

    Jika ketimpangan tersebut bisa saya ramalkan sebelumnya (hush, meramal itu haroooom 👿 ), mungkin itu bisa dikategorikan comfort zone saya. Tapi malangnya, ‘bakat’ itu nggak begitu maksimal dalam diri saya, sehingga seperti dipaparkan di sini, saya selalu dapat ‘tantangan yang lebih dari kapasitas saya’. (seberapa sih kapasitas saya, setara dengan core 2 duo yah?)

    Dan saya lebih manut (eh, apa bener manut atau gimana ya?) pada komentar Pak Sawali, sesuai porsinya. Walalu kadang masalah sepele saya hadapi berlebihan dan akibatnya…… muncullah masalah yang lebih besar. 😆

    Welcome to the chaos… 😯

  8. @mas Agor
    Tentang istilah sepele itu, benar pak.
    Saya juga takut tergelincir di hal2 yg sepele karena terayu ke hal2 yg besar.
    Di sisi lain dari hari ke hari saya berharap mendapat tantangan yg lebih yang mendukung ke pembentukan diri ke arah yang lebih matang.
    Yang saya pikirkan tentang kenapa kemampuan diri kita tidak berkembang adalah, karena kita terjebak di masalah yang itu2 juga.
    Idenya : Hadapi tantangan yg lebih dari kemampuan anda…
    Apa ini hipotesis ya ?

    @Ram-Ram Muhammad
    Begini pak kyai,
    #jadi pengen nambah curhat lagi nih ke kyai

    dulu waktu mahasiswa, saya dan beberapa teman sering diminta jadi ini, jadi itu, dan kebanyakan kami menolak. Alasannya adalah takut terganggu perkuliahan, malu kalo tanggungjawab tsb tidak dapat dilaksanakan dengan sempurna, dsbnya. Sekarang ada penyesalan. Kami baru memahami kalo ternyata potensi diri kita itu perlu dilecut oleh tantangan. Tantangan2 (tanggungjawab) di masa muda semestinya dihadapi sebanyak2nya demi menemukan potensi2 diri.
    Nah, saat ini, saat menyadari kenapa hal2 yg sederhana saja dapat mengganggu pikiran, jadi kepikiran kalo ini terjadi karena tidak punya tantangan yg lebih dari itu.
    Intinya :
    “jangan terlampau sering menghindar dari tantangan, hadapilah, bahkan carilah terus tantangan yg lebih, dengan begitu pertahanan diri bisa jadi lebih”

    #Oh ya… ntar pak, permisi… mau pipis dulu 😆

    ……

    #Selesai dari pipis
    Benar juga pak Kyai, sebelum pipis tadi seperti ada masalah… dan sekarang masalah itu jadi plong. 🙂

    @erander
    Iya bang : La yukallifuLlahu nafsan illa wus’aha.

    Kedewasaan, kematangan, pertahanan diri… dan cs nya muncul dari masalah2 yang telah kita hadapi.
    Wah… intisari semua nih … 🙂

    @rozenesia
    Nah ini baru nih…
    Karena bakat meramal sering gak kesampaian, justru jadinya selalu dapat ‘tantangan yang lebih dari kapasitas sendiri’.
    Apa ini yg namanya merendah, atau selalu menilai diri lebih rendah dari yg sesungguhnya. 😀

  9. Ping balik: Jadi, Kita Sedang Berada Di Mana Neeh !?. « Sains-Inreligion

  10. @sitijenang
    Iya deh gak usah dipecahkan… diselesaikan aja ya … 😆
    Diselesaikan untuk dipecahkan … atau
    Dipecahkan untuk diselesaikan.

    Lha ini jadi masalah baru lagi. :mrgreen:
    Huh… hidup ini penuh masalah ya jeng… 😀

    @deKing van de sibuk
    Berarti dibutuhkan ilmu hitung untuk mengukur besaran masalah itu ya … Bisa minta RUMUS nya dong pak ? 😀

  11. masalah…
    yah masalah
    saya pernah bilang ke seseorang, bahwa saya sedang punya masalah.
    dan akhirnya dia pun berkata “jangan pernah lari dari masalah, tapi hadapilah masalah itu karena itu akan membuat kamu menjadi lebih dewasa”
    Ouuugh…
    aku jadi seperti lepas dari masalahku….
    tapi emang benar, kita nggak boleh lari dari masalah kalau emang kita tidak mau dilabel “seorang pengecut”

Tinggalkan komentar