Gara-gara

Banyak hal yang mungkin membuat kita berubah, lalu seorang Muslim diminta penyebab perubahan itu adalah “gara-gara” Allah Subhanahu Wata’ala. Term ini sering juga disebut dengan ikhlas, atau dalam konteksnya dengan niat sering disebut dengan : lillahi ta’ala.

Baik,

hal di atas itu kan infomasi yang normatif saja, dimana setiap kita yang Muslim tentu sudah umum mengetahui keharusan ikhlas atau lillahi ta’ala semacam itu.

Lalu ada kasus-kasus begini,

Pertama : Seseorang menjadi taat atau bertobat (lebih mendekat pada-NYA) gara-gara putus dengan pacarnya misalnya (efek frustasi), atau gara-gara orang tuanya atau orang yg dikasihinya yg lain meninggal, atau gara-gara diputus kerja, atau gara-gara menderita penyakit keras, atau gara-gara musibah lalu jatuh miskin, atau gara-gara mendapat musibah lain dalam berbagai bentuknya, dstnya dstnya.

Kedua : Ada orang yang ia menjadi lebih taat gara-gara “terseret” ikut taklim, gara-gara diminta oleh pacaranya istrinya untuk taat, gara-gara malu kalau ketauan sama guru ngajinya pemalas, gara-gara ia menjadi tokoh, gara-gara … gara-gara dan gara-gara.

Terus gimana ?

Yang benar dan tentu yang diterima oleh-NYA sebagai amal baik (ganjaran ridha/pahala) tentu perbuatan yang dilakukan karena-NYA tadi, gara-gara ikhlas atau lillahi ta’ala. Lalu bagaimana dengan kasus-kasus seperti di atas itu.

Perhatikan,

niat dan Baca lebih lanjut

Kritik Proaktif vs Kritik Destruktif

Hampir semua kita bisa dipastikan pernah berucap bahwa : “kritik adalah sesuatu yang berguna dan dibutuhkan“. Dalam ilmu sosial termasuk bidang manajemen, kritik menjadi salah satu elemen kontrol.

Tetapi kenyataannya tidak semua berakibat kebaikan demikian.

Kesan nilai positip dari kritik kadang menjadi landasan untuk meneruskan  pelampiasan. Misal : Baca lebih lanjut

Kuliti

‘Kita kadang begitu mudah menilai kerusak-fatalan orang lain. Lalu  itu menjelma menjadi penutup, pembiar dan penerus kerusak-fatalan diri kita sendiri.”

Duhai diri,

kepadamu kata-kata ini menjadi tidak tersembunyi :

Kita gemar bersembunyi di pembicaraanan kelemahan orang lain.

Aku harus berani mengkuliti diri sendiri.

Harus.

Ketika kukuliti banyak orang.

Kukuliti setiap orang yang mengkuliti hal-hal yang berkaitan dengan aku

Aksi balas itu harus ada akhirnya.

Untuk mengatakan dirimu benar, engkau tidak mesti berusaha membuktikan bahwa orang lain itu salah.”

Aduh… Baca lebih lanjut

HAMAS dan Teroris

Satu-satunya komunitas yang masih dan terus saja bertahan mendukung penjahan di bumi Pelestina saat ini adalah pemerintah amerika dan israel itu sendiri. Kok ? Ya, karena pada dasarnya amerika dan israel itu satu. Secara negara mungkin berbeda, tetapi kekuatan lobbi yahudi terhadap pemerintahan amerika saat ini jauh lebih kuat ketimbang mengikuti arus pemikiran warganya (amerika) itu sendiri.

Itulah “hebat” nya yahudi ini. Licik aja kali. Mereka memang terus menjadi batu ujian bagi nilai-nilai kemanusiaan. Memperhatikan mereka kita bisa saja teringat dengan makhluk yang disebut  syetan  Baca lebih lanjut

Sejarah Yahudi – Israel

Kisahnya itu kita mulai dari sini :

Sebelumnya mereka adalah bangsa yang terlunta-lunta tanpa tempat tinggal. Tak satu pun bangsa lain di dunia ini yang rela ditumpangi karena khawatir prilaku licik mereka yang selalu kelewatan. Kelicikan ini didukung pula oleh kecerdasannya yang konon memang lumayan. Akibat tersohornya kelicikan ini sampai-sampai bangsa Jerman sempat berhasrat untuk melenyapkan mereka dari muka bumi.

Yahudi. Ya merekalah si Yahudi itu.

Lalu entah darimana tiba-tiba mereka teringat dengan [konon] tanah para leluhurnya yang dulu-dulu sekali itu (yaitu daerah palestina plus sekitarnya sekarang). Opininya adalah tanah itu merupakan tanah nenek moyang yang mereka akui dari keturunan Musa as dulu. Duh, padahal kita tahu ajaran musa sendiri mereka khianati.

Lalu dirancanglah skenario itu.

Dengan dibantu oleh bangsa-bangsa lain yang ketakutan tanahnya sendiri direbut oleh si Yahudi ini maka strategi licik itu dimulai. Mulanya sempat tanah yang ditentukan itu adalah dataran brazil sekarang, argentina dan uganda  dan sampai akhirnya mereka memutuskan daerah palestina saja. Apalagi mereka bisa menggunakan alasan historis dan kitab suci untuk merebut daerah palestina plus-plus tersebut.

Penguasa di palestina saat itu pada mulanya sangat kuat dan konsisten dalam mempertahankan tanahnya sendiri. Jangankan di jual sejengkal, untuk ditumpangi sekejap saja pun tidak digubris setiap si Yahudi atau calo-calonya mencoba mencari simpati di awal skenario tadi.

Tapi apa akhirnya …

Yah begitulah… mereka memang licik bersama dengan kecerdikannya.

Sebagian dari bangsa palestina dan arab lain pada waktu itu ada juga yang lengah, apalagi saat kolonial Inggris berhasil menjajah. Pada mulanya istilah numpang. “Bolehkah kami numpang di daerahmu ini sebentaa…aar aja, masalahnya kami dimana-mana diusir dan dipencilkan oleh bangsa lain, apa kalian tidak kasihan dengan kami ?” Katakanlah pada mulanya mereka diberi tumpangan atas dasar belas kasihan. Lama kelamaan mereka bisa membeli, di waktu berikutnya merebut, dan sekarang mereka merasa memiliki. “Ini tanah kami lho“, katanya. “Tuhan memang menghadiahkannya untuk kami“.

Lalu pelan-pelan mereka terus mengatur siasat untuk dapat mengusir sang tuan rumah dari tanahnya sendiri.

Sedari dahulu bangsa Yahudi ini memang begitu. Mereka seperti ditakdirkan untuk menjadi ujian bagi manusia lain di kehidupan ini. Mereka berkali-kali mencoba membunuh utusan Tuhan (seperti kasus Isa as), mengobrak-abrik ajaran para utusan-NYA itu dan selalu menindas manusia lain saat diberi kekuasaan (kekuatan) sedikit saja.

Begitulah seperti halnya yang kita saksikan akhir-akhir ini.

Tuhan seperti memberi kesempatan pada kita untuk menyaksikan dan membuktikan akan kebejatan mereka setelah ada sebagian dari saudara-saudara kita yang tertipu. Tertipu dengan alasan-alasan kemanusiaannya (humanisme), tertipu dengan alasan kesamaannya (pluralisme) dan tertipu dengan logika pemaksaan pembenaran (apologis) yang dirancangnya.

Sebagian memang ada bangsa Yahudi ini yang baik, yang tersadar dari fitrahnya, seperti halnya di zaman rasulullah terdapat sejumlah yahudi yang menjadi muslim.

Tapi Yahudi-Israel yang kita saksikan saat ini benar-benar telah membukakan mata kita sendiri bahwa mereka memang musuh kita yang sebenar nyata.

Kisah Lengkapnya Baca lebih lanjut

Politik Tuhan

Tuhanmu telah berpolitik untukmu

dengan

syariat-NYA, sunnah-NYA, hukum-hukum-NYA

hukum di alam-NYA

hukum di firman-NYA

hukum di setiap kejadian pada ruang dan waktu milik-NYA

Adalah keputusan-NYA, undang-undang-NYA,

sunnatuLlah – syariat-NYA

Lalu

terserah engkau memilih atau tidak

karena setiap pilihan langkah, adalah resiko.

Di atas Kekuatan Politik Tuhanmu

itu

Saksikan Baca lebih lanjut

Fitnah i Politik : Fitnah lah Demokrasi “mu”

Demokrasi Penuh Fitnah

Uh…

ini harus dibahas.

Harus.

Di menjelang pemilihan “akbar” 2009 ini, fitnah bertebaran dimana-mana.

Sial.

Fitnah Politik, Fitnah Demokrasi.

ini menjadi semacam kesempatan lahan kreasi baru bagi si penyebar isu ‘bau” itu.

Ini menjadi semacam legalitas bagi si “mantan” pencaci-maki itu, kembali.

Politik Sialan“, teriaknya.

Teriaki kita.

Legalitas berlandaskan realita. Katanya sih begitu.

Sumber pemilik fitnah pun beragam :

  1. Ada yang dengan cara mengaku sebagai orang dalam (internal). Dalam beberapa hal ini cukup efektif juga untuk menggoyah dan meragukan, lalu muncul sebutan si : Barisan Sakit Hati.
  2. Ada dari pihak yang Baca lebih lanjut

Merasa benar..

Apa yg menggerakkan kebanyakan aktivitas kita ?

Bisa banyak hal….

Dan salah satunya adalah merasa benar

Merasa benar, … ya merasa benar.

Merasa benar itu perlu..

“Merasa benar” adalah energi ‘hebat’  tuk ber-aktivitas ..

Tapi,

merasa benar tentu berbeda dengan hakikat kebenaran itu sendiri.

Maksudnya belum tentu tatkala kita “merasa benar”  maka sekaligus menjadi “benar-benar” benar. Baca lebih lanjut

Ideologi yang Diperselisihkan

Pengantar

Lama gak nulis di blog, akhirnya memutuskan mempublish postingan “berat” ini..

Sok berat… :mrgreen:

Begini,

Seperti halnya beberapa dari anak bangsa ini yang tak lagi malu-malu bahkan cenderung “rakus” mencontek setiap temuan potongan2 ideologi barat akibat terkesima dengan (konon) kesejahteraan dan kemajuan peradaban di sana, maka tidak semestinya ideologi “asli” negeri ini dikritisi-ulang hanya gara-gara sekian lama tidak juga berhasil membawa ke arah kemajuan dan peradaban yang jelas.

Ideologi asli ? Baca lebih lanjut

Sederhana tapi Menaklukkan

Alhamdulillah … 🙂

Melintas suatu pencerahan … 🙂

Tentang pemikiran dan tindakan-tindakan sederhana, tetapi menaklukkan.

Seperti ini :

[1] Kyai blogger kita saat mudik lebaran kmaren sempat-sempatnya menyebar lembaran rupiah ke tetangga faqir-miskinnya, berbagi atas keterdesakan hidup. Sederhana banget. Tapi coba saja setiap kita melakukan itu…

[2] Seorang teman [senior] lama menulis di milis kami tentang ide pemrograman aplikasi database dengan mengadakann fungsi baru (user defined function) di sisi server demi performance, security dan integritas data. Sederhana tapi menohok. Beberapa permasalahan database selama ini menjadi terpecahkan dengan cost yg tentu saja lebih irit.

[3] Satu komunitas partai di musim pemilu lalu membuat beberapa teman kesem-sem gara-gara demo dan aksi mereka terlihat bersih, teratur dan tertib. Sederhana saja, mereka bawa kantong kecil dari rumah lalu memungut setiap potongan sampah di lokasi aksi masing-masing. Coba saja setiap aksi demo dapat mencontek semacam itu, pasti semua kita pada kesem-sem pada partai-partai politik yg bejibunan saat ini. Hati-hati ini ada pesan kampanye nya :mrgreen:

[4] Seorang teman [sukses] lain mengirim melalui email  ke milis tentang dialog Imam Ghazali dan muridnya  seperti ini : Baca lebih lanjut

Kemenangan ini, milik kita

Kebanyakan kita cuma merasa (mengaku) berperan pada keberhasilan (kemenangan) saja, tetapi justru merasa (mengakunya) sebagai pengamat (pihak luar, oposisi, pengkritik, pelengkap penderita) kalau terjadi kegagalan.

Ini maksudnya apa ? 😆

Misal, bayangkan seperti ini :

Apa yang terjadi jika ummat ini (Islam) pada suatu ketika mengalami kemajuan yang cukup berarti. Berdasarkan tuturan di atas maka setiap kelompok dan termasuk pribadi sepertinya akan merasa lebih berperan. “Itu karena kami, yang itu karena saya“.

Sebaliknya, Baca lebih lanjut

Orang Baik

Orang yang baik itu yang gmana ya ?

Yang low profile, rendah hati ? Yang tidak pernah marah ? Yang tidak pernah menyusahkan orang lain ? Yang selalu dan terus mengalah ? Yang ujung nya kadang menjadi membiarkan apa pun maksiat yang terjadi di sekitar, atau yg semacam itu lah, dan seterusnya dan seterusnya. 😉

Atau, Baca lebih lanjut

Ikhlas (3) dan Profesionalisme

Dari suatu majlis ta’lim, seorang peserta bertanya ke pembicara (ustadz) nya tentang dilema antara keikhlasan dan profesionalisme.

Penjabaran masalahnya seperti ini :

ikhlas adalah berbuat tanpa mengharapkan apa pun selain ridha-NYA, sementara profesionalisme (terutama yang berkaitan dengan maisyah/mata pencaharian) [tentu saja] mengharapkan imbalan (uang, jabatan). Lalu apakah berarti orang-orang yang bekerja secara profesional itu tidak ikhlas atau setidaknya terganggu keikhlasannya ?

Berkaitan dengan ini Baca lebih lanjut