Mengatasi Fenomena BURUK Persaingan di Tempat Kerja : Tambahi Ilmu dan Keahlian-mu ! 

Apa fenomena buruk yang sering muncul akibat persaingan hidup di “sekitar” mu ?

Di “sekitar” itu maksudnya bisa saja di kantor, di perusahaan atau di lingkungan organisasi ber “benefit” lainnya.

Saling sikat, saling sikut.

Ah ini biasa, namanya juga hidup. Fight for survival. 😉

Tetapi,

pernah jugakah anda menyaksikan orang-orang yg bersaing secara “aneh” ?

Saling fitnah, saling jebak, saling gunjing.

Pernahkah ?

Sangat pernah.

Tapi kita sendiri tak pernah mau mengaku sebagai pelakunya . Ya kan, ya kan, ya kan ? 😆

Akibat Minimnya ilmu dan/atau Keahlian

Jika anda tidak memiliki ilmu atau keahlian khusus untuk ditonjolkan atau dibanggakan di lingkungan komunitas, maka anda akan kehilangan senjata terbaik untuk fight for survival secara “terhormat”. Ini yang mendorong prilaku “aneh” di persaingan itu.

Akar masalah yg hendak diangkat melalui postingan ini adalah :

Kurangnya ilmu (wawasan) dan minimnya Keahlian (ketrampilan) untuk dibanggakan akan mendorong si Pelaku melaksanakan fight for survival secara tidak benar.

Katakanlah, kalau pelakunya adalah kita, maka akibat kebodohan sendiri, dapat timbul : sifat curang, makar, 👿 , fitnah, gunjing, hasut, selanjutnya akan gemar ngeles dan ketidakmampuan bertahan (istiqamah) di objektivitas, adalah problem lokal “kita” bersama, bahkan bisa jadi problem bangsa dan negeri kita ini.


Kita ? Lu aja kali gue kagak. :mrgreen:

Logikanya sederhana saja :

Kita yang punya ilmu dan keahlian, akan mengggunakan jalur wawasan (ilmu) dan ketrampilan (keahlian) itu untuk mencapai berbagai target kehidupan. Sebaliknya, jika kita tidak memiliki ilmu dan ketrampilan tadi maka … Ngeles, ketidakobjektifan, sentimen, gunjing, hasut, fitnah dan bentuk2 makar jahat lain … akan menjadi pilihan “tak terelakkan”, oleh kita.

Kita ?

Lu aja kali gue kagak. :mrgreen: :mrgreen: :mrgreen:

22 komentar di “Mengatasi Fenomena BURUK Persaingan di Tempat Kerja : Tambahi Ilmu dan Keahlian-mu ! 

  1. @haniifa
    Pasti posisi nya sedang di kursi basah, sempat2 nya mendayung, kebanjiran ya mas. 😆 🙂
    Hati2 di persaingan, Banyak yang suka mengintai ke kebasahan. 😉

  2. @haniifa
    Emang basah itu karena ngompol aja ya ? 😆
    Gara2 BBM juga. 😉
    Akibat kenaikan BBM bukan cuma susu yg gak kebeli, pempes juga, jadi tambah basah dah itu kursi … 🙂

    Sebagai capres biasalah, kebijakan2 penguasa sekarang harus terus didikte.
    Namanya juga persaingan. :mrgreen:

  3. Wahh… gimana yach !!
    Lebih parah dunk …. kalau ada yang merokok…
    wushhhh hilang.. eh sale … terbakar “seperti peristiwa kemarin… duhh lupa tanggal dan jam nyah 😀 ”

    (Lebih baik gelar tikar yach… kalau “menduduki” kursi nggak ada pilihan )

  4. @haniifa
    Di persaingan,
    Jangan main bakar2an dong, apalagi main hilang2an.
    Nah,
    ilmu dan ketrampilan, akan menginspirasi strategi gelar tikar.

    Waktu ngejar kursi, kita ingat ayat kursi.
    Waktu nggelar tikar, kita …

    Kita ?

  5. Ke 13 ?!
    Wahhh…. saya juga binggung waktu naik burung besi, urutan kursinya nggak ada angka 13…
    Katanya teknologi canggih… tapi takut sama angka 13. 😀

    Kalau antara mitos dengan teka…. saya sebaiknya jadi “teka” ajah…
    (biar teka tapi nyata… dan lama-lama jadi esde 😉 )

  6. Wahh…. sensus… eh.. sens. apa yach ?! 😀

    Tapi kira-kira mending nyari anak teka yang polos…. and siap maju terus ke jenjang “esde” (tapi susah yach… kalau materi nya dari kebo bule)

  7. Loch… ini sebenernya ngomongin apa sich?? Kok pake ketok, setir, ngompol juga lagi??? :mrgreen: Keluar tema nggak sich?? 🙄 jangan-jangan gue termasuk yang disindir?? 🙄

Tinggalkan Balasan ke haniifa Batalkan balasan