Kisah di perjalanan kereta api bersama segerombolan anggota FPI dan Tragedi penggusuran di sana-sini

Belajar melihat ke dalam !!! 

— 

(1)

Apa yang anda bayangkan…

Seorang bapak membiarkan saja 3 orang anaknya bermain dengan riuh (membuat keributan) di dalam kereta penuh penumpang yg saat itu kbanyakan lagi istirahat menikmati perjalanan tengah malamnya.

: Bapak tak tau diri, benar-benar tidak respek terhadap kenyamanan lingkungan sekitar 

— 

(2)

Apa yang anda bayangkan melihat segerombolan anggota FPI melabrak sejumlah kios minuman keras, … di saat bulan puasa ini.

: Gerombolan penjahat sadis berkedok agama, apa mereka masih puasa atuh…  

— 

(3)

Apa yang anda bayangkan melihat sejumlah petugas keamanan di  suatu penggusuran mengobrak-abrik dagangan seorang nenek2 renta di kaki lima.

: Dasar petugas tak punya perasaan, apa dia tidak membayangkan bagaimana kalo seandainya itu terjadi pada neneknya sendiri  

 

Apa yang anda bayangkan lagi ?

(1)

Ternyata, ternyata, ternyata… 

Ternyata sang bapak di atas baru saja mendapat kabar tentang kematian istri satu-satu-nya (ibu si anak2 tadi) akibat suatu kecelakaan. Ia bahkan tak tahu harus berkata apa pada anak2 nya nanti.

: Oh, pantas ya… Kasian si bapak dan anak2nya… 

— 

(2)

Ternyata … 

— 

(3)

Ternyata …

 —  

Mari melihat ke dalam

Tentu kita sama setuju, bahwa tak baik hanya sekedar melihat aspek luarnya saja, ada hal2 tersirat yang tak terlihat, ada apa sih sebenarnya. Kadang2 keanehan pada mulanya akan terlihat kelumrahan pada akhirnya ketika kita berhasil melihat sesuatu di kedalamannya. Walaupun kadang2 yang luar dan yang dalam, ternyata tak ada bedanya. :mrgreen:  

Bringas ya tetap bringas, tetapi fenomena FPI dan penggusuran di sana sini tersebut, adakah itu tontonan kebringasan semata ? 

Saya bahkan tak tahu alasan mereka2 dan anda2 juga, adakah sama2 telah melihat ke kedalamannya. Jangan asal bicara ya… he he he he he…

Ayo Jawab …!!!

Wadduh, jangan beringas dong…  😆

Santai ajalah tapi dalam… 🙂

38 komentar di “Kisah di perjalanan kereta api bersama segerombolan anggota FPI dan Tragedi penggusuran di sana-sini

  1. Wahhhh sungguh analisa yang sangat mendalam Pak…

    Khusus yang FPI saya bener – bener nunggu nehh ternyata nya… semoga ada ternyata – ternyata yang keluar dari rekan – rekan yang biasanya hanya berkata “Gerombolan penjahat sadis berkedok agama…” diluar konsep benar salah tindakan mereka…

  2. Ya begitulah…
    Saya punya contoh lain nih…
    Yaitu tentang peng-kritik prilaku ummat dengan gaya suka-suka itu… 🙂
    Saya juga gak “sreg” dengan celoteh sebagian teman2 yang berbicara pmasalahan ummat dengan gaya nyleneh alias suka2 lalu alasannya SATIRE. “Ini satire lho…”, katanya. “Jangan cuma baca kalimatnya tapi dalami makna yang tersirat dan sayap-sayap kbaikan-nya”.
    Katakanlah, saya begitu POLOS dengan apa yg dimaksud satire itu. Tapi PERMINTAAN mendalami makna2 kbaikan dibalik keBRINGASan kata2 mereka tentang agamanya sendiri, APAKAH TIDAK SAMA dengan mencoba terlebih dahulu mendalami ada apa dibalik keBRINGASan teman2 FPI. Kan sama BRINGASnya tuh.. Mereka yang “Satire” BRINGAS di kata2, sementara teman2 FPI [katakanlah] BRINGAS di tindakannya, lha… kalian itu sama BRINGAS-nya. Sekali lagi : Kalian sama BRINGASnya.. :mrgreen:
    Dalih tujuannya sama kok, yaitu [ngakunya] sama2 demi kebaikan ummat. Lalu apakah anda2 itu sudah memahami secara mendalam. Sampe kedalaman berapa sih ente sudah mencoba mendalami, sebelum membuat tulisan2 yang langsung mem-vonis gerombolan FPI itu… ? Atau anda juga mengatakan bahwa sekali terkesan salah ya tetap salah, apa pun alasannya. Pokoke FPI itu salah, ngawur, buat malu, dstnya. Kalo bgitu bagaimana dengan diri anda sendiri yg juga terkesan ngawur tapi ingin coba dipahami. :mrgreen:
    Kira2 teman2 yang mendalami prilaku FPI tersebut bisa klarifikasi gak di sini atau dimana gitu ya ?

  3. FPI memang kadang membuat saya mengernyitkan dahi… Tetapi saya juga sadar, ketika sebuah kritik atau autokritik yang diberikan oleh sebagian orang disampaikan dengan cara yang “agak nyleneh” atau “frontal” atau “sama sama keras” jadinya malah antipati atau cuma adu emosi..

    FPI sejauh yang saya liat memang yang terlihat wajah “menyisir dan mengambil kemudian memecahkan botol2 dan sebagainya sebagainya”, ini saya juga gak setuju.

    Satire memang bukan cara yang terbaik membuat kritik, mungkin kalau membikin heboh atau panas bisa. Tetapi bersatire ria bukan kesalahan. Tinggal bagaimana kita memahami maksud mereka.

    Sayang emosi tindakan baik yang kontra maupun pro sering terjadi..

  4. @Suluh
    Di satu pihak :
    Tingkat kebengalan ummat dalam mengamalkan ajaran din-nya mbuat sebagian teman2 mmilih jalan keras (bringas) dalam berdakwah (nahi munkar).

    Di pihak lain :
    Tingkat kebodohan ummat dalam memahami nilai2 pada agamanya membuat sebagian teman2 [lain] memilih kata2 keras (baca satire “ber” nyleneh) dalam berdakwah ([auto]kritik).

    Perlu diamati untung ruginya…
    Jangan2…, sama saja. :mrgreen:

    Yang tak mampu kujawab.

  5. Kata keren-nya kita kudu bisa ber-empati .. merasakan apa yang dirasakan dan dipikirkan orang lain alias melihat ke dalam. Hanya saja .. kekerasan bukan satu2nya cara untuk membuat dunia ini nyaman untuk ditempati tapi malah membuat derita berkepanjangan.

  6. @erander
    Kekerasan itu berguna juga lho bang, lha kalo gak keras gimana atuh… :mrgreen:
    Yah ngomong apa aku ini… 😆

    #Setelah menghirup segelas air nafas dalam2 terlebih dahulu#

    maksudnya begini :
    Ada orang2 tertentu [katakanlah ummat ini] yg dengan karakter bebalnya [sudah bodoh, miskin, jumud, bebal lagi] memang lebih pantas diingatkan dengan kata2 yg keras, harus dengan gaya2 nyatir, hiporbol kuadrat, sampe yg gak biasa mbaca “gituan” jadi mlontarkan emosi, menyemburkan caci-maki, kafir lu, maen ancam bunuh2an, penghalalan darah, dan seterusnya dan sebagainya. 🙂
    Wah apa lagi ini…

    #Yah… yang postingan OOT nih, jangan2 nyatir juga …# :mrgreen:

  7. Ping balik: Lebaran (Pesta menyambut kebebasan???) « wak AbduLSomad

  8. FPI itu salahnya karena mereka melakukan yang bukan wilayah mereka.

    Nah jika memang ada suatu alasan di balik tindakan mereka, tentu tidak akan membuat tindakan mereka menjadi benar bukan?

  9. Wah, saya sendiri memandang FPI kurang respek dengan tindakannya yang main pukul dan main gasak. Yang saya keberatan tuh mengatasnamakan umat Islam :mrgreen: Lha wong saya tidak merasa terwakili dengan tindakannya itu. Apa pun alasannya, tindak kekerasan, apalagi dengan mengatasnamakan agama, akan sangat bertolak belakang dengan Islam sebagai agama yang rahmatan lil’alamin. Alasan saya simpel saja, Pak.
    *Maaf, ya, Pak, sejak dulu memang saya nggak suka kekerasan, sih*

  10. Pro dengan @Sawali
    bang Heri, ketika kekerasan diwujudkan dalam bentuknya yang nyata memang mirip dengan satire kata-kata.

    Yang terjadi pada kawan2 FPI (front pembela Islam) beliau2 itu “membela” Islam siapakah? Islamnya, Islamku atau islam kita semua??? nah jika mengatasnamakan islam kita semua, itu berarti menelikungi “tafsir” Islam model orang2 lain yang tidak sepaham dengan ajaran FPI misalnya bertindak sendiri dengan muatan “kekerasan” (pakai tanda kutip lho) ….

  11. @ dalalingga,

    danalingga -> “FPI itu salahnya karena mereka melakukan yang bukan wilayah mereka”

    Ooooo gitu ya jd klo temen ente nyatir masih di diwilayah mereka sendiri ? apa maksudnya “wilayah”, arogan sekali ! sejauh mana mereka mendalami ISLAM ? selayak apa mereka bicara seperti itu tentang muslim ? sebagai seorang muslim saya probadi tidak bisa menerima penghinaan terhadap rekan seiman saya !, terlepas benar tidak perbuatan mereka.

  12. Bisa jadi benar FPI telah salah kaprah, tetapi siapa tahu ternyata kesalah kaprahan mereka bersumber dari kekecewaan mereka terhadap perkembangan prilaku berakhlak di negri ini yang katanya mayoritas muslim, barangkali dalam hatinya mereka dihadapi dua pilihan antara menjadi “BRINGAS” dalam sikap terhadap ke munkaran atau menjadi “radikal murni” kemudian di cap teroris, kan bisa saja ternyata pilihannya masih lebih baik dibanding menjadi “radikal murni” ?

    Bagaimana yang satire ? pernahkah dicontohkan Rasulullah atau para sahabat ? bahkan kadang menghujat Tuhan atas nama satir ? atau menganggap agama tidak penting yang penting Tuhan ?

  13. Bila ingin memperbaiki datangi langsung ! ajak bicara baik – baik, bukan dengan mengajak muslim lain membenci sesama muslim ! bahkan membuat satire dan tertawa bersama dengan yang non muslim yang memang asli kafir !

  14. @danalingga
    Sama dengan gerakan sejuta mahasiswa tahun 1988 dulu ya, itu kan juga bukan wilayah/kerjaan mahasiswa, bisa2nya mereka mendesak penjatuhan Soeharto.. :mrgreen:
    : Oh, bukan, itukan karena Soeharto waktu itu sudah sangat keterlaluan…

    @Sawali Tuhusetya
    Bil hikmah wal mauidzah… di sini kenanya pak… saya setuju.
    Tapi seperti men-shalatkan jenazah, hukumnya kan fardhu kifayah, kalo sudah ada sebagian dari ummat Muslim yg mlakukan… kita jadi khilangan beban kewajiban tsb…
    Masalah nahi munkar, layakkah kita berterima kasih pada mereka ? Lalu apa yg harus kita lakukan ? Mbiarkan saja, atau gmana ya ? Dakwah kultural kali ya… 😦

    @almascatie

    *sayah belom berani narik kesimpulan nih*

    Belajarlah mbuat kputusan/kesimpulan yg cepat, ntar kedulu dinikahan orang lain baru tau… :mrgreen:

    @KurtZainuddin
    Kalo masalah : minuman keras, perjudian dan praktek prostitusi, apalagi di tempat umum, itu kan cuma urusan FPI aja, bukan ummat Islam manapun apalagi kemanusiaan yg katanya universal … 🙂 Biarlah kita cukup mengurut dada dan menunggu pihak yg berwenang yg terus-menerus ketiduran.
    Semestinya tim FPI itu ngomong2 dulu dengan pak polisi kita, sambil minta bagian… berapa gitu kek.. 🙂
    Eh, apa sudah ya ? Berapa mereka dapatnya ?
    Kok saya ikut ngGossip … :mrgreen:

    @Ferry ZK

    Bila ingin memperbaiki datangi langsung ! Ajak bicara baik – baik, bukan dengan mengajak muslim lain membenci sesama muslim ! bahkan membuat satire dan tertawa bersama dengan yang non muslim yang memang asli kafir !

    Saya mau nulis gini kok kamu dulu in !!! :mrgreen:

  15. Eh.. ente itu maen nyolot aja ye… 😛

    Lah comment ane kan tentang FPI nya, bukan tentang yang satir.

    Eh kalo menurut ente wilayah siafa yang di langgar temen temen yang satir itu? 😆

  16. @danalingga
    Wilayah Tuhan.
    Tuhan yang mana ? Emang Tuhan ada ngomong begitu ?
    Oh bukan wilayah ulama ?
    Ulama yang mana ? Emang Tuhan itu ulama, eh ulama itu Tuhan ?
    Caaaape.. de…h

    :Pelan-pelan saya juga akhirnya menyukai gaya satir, tapi satir dengan bahasa (pilihan kata) yang layak
    Lah, ukuran bahasa yg layak itu apa ?

    Terus ukuran bahwa tim FPI “berandal” itu melakukan aksi kekerasan apa ya ?
    : Nilai-nilai yg universal
    Lha yg mengukur nilai2 universal itu siapa, dan mereka mewakili siapa ?
    : hati nurani

    Hati nurani siapa ?

    ———————————-

    Makanya kita butuh acuan. Selain akal, dalam agama ada nash dan dalam negara ada UU.

    Tapi ketika penegak UU tidak jalan. Sudah ditegur tidak juga jalan. Sudah didesak tidak juga jalan. Lalu apa dong yang harus kita lakukan, biar mengimbangi aksi “JELEK” si FPI berandal itu ? :mrgreen:
    Menurut saya lebih bagus berpikirnya begini, ketimbang rame2 mem-vonis FPI …
    : Lah berpikir aja kamu sendiri begitu, kok ngajak2 orang lain

    Caaape… deh

    @William Bush
    Anggota FPI juga ya ? :mrgreen:

  17. Pak heri, alangkah baiknya jika FPI bisa seperti 1998 itu terhadap polisi atau yang wilayahnya di situ. 😀

    Bukan malah main hakim sendiri, menurut pak heri main hakim sendiri itu benar apa salah?

  18. @danalingga
    Main hakim sendiri itu ya jelas salah, tapi mereka kan rame-rame … :mrgreen:

    Sorry pake joke dikit..

    Saya tidak membenarkan apa yg dilakukan oleh gerombol FPI itu, tapi saya belum melihat ada pemecahan masalah laen yg diajukan teman2 selain dari mem-vonis bahkan mendesak agar FPI dibubarkan. Kalo anda mendesak FPI dibubarkan, anda desak juga POLRI dibubarkan dan ganti dengan tim dari FPI, pasti kemaksiatan lenyap dari muka bumi.

    #Apa iya ya, mikir juga#

    Lha FPI itu jangan dibubarkan, mereka diperlukan lho, terutama kalo kita memasuki era peperangan… :mrgreen:
    Maksudnya melawan manusia2 bebal yang memang karakternya harus dilawan secara fisik…

    Kemaksiatan memang ada yg berbentuk simbol, ada juga yang berbentuk substansi. Mereka FPI kelihatan mmerangi kemaksiatan dalam bentuk simbol2nya, dan kita-kita [atau saya saja ya] yang “penakut” ini memerangi kemaksiatan dalam bentuk substansi.

    Gimana ya cara mengundang FPI supaya datang, atau kita aja yg datang ke mereka… 🙂

  19. @danalingga #20
    Kalo itu aku juga gak suka.
    Tapi kalo minuman keras, judi dan prostitusi di depan umum… nah adakah teman2 lain punya pemecahan selain semacam cara kekerasan seperti itu…
    Soalnya pak polisi kita kbanyakan tidurnya dalam hal ini.

    Kalo dengan cara demo seperti tahun 1988 dulu, itu kan untuk masalah2 yg sifatnya strategis, kalo masalah yg bersifat teknis, ya main sikat aja kayaknya boleh juga tuh… :mrgreen:

    Di negari2 barat, orang2 pada patuh, kabarnya, karena polisi2 nya bekerja sesuai UU …
    Kalo polisi tidak kerja, kirim surat/petisi ke bos2 polisi ?
    Jangan2 orang2 FPI itu sudah duluan tuh…

  20. kisah nya seperti kisah Musa & Khidr yang diceritakan Allah lewatAl-Qur’an melalui rasulnya Muhammad 😀

    Musa Mengira bahwa Khidr itu orang yang telah berlaku dzalim, tapi ternyata…

  21. lho lho Anda sendiri malah “menuduh” polisi banyak tidurnya dalam hal perjudian dll itu?? katanya disuruh mikir “mendalam”? kali aja polisi banyak tidur karena lelah bekerja seharian. klo mo positive thinking ya dalam semua aspek dong pak.

    Lagipula FPI itu kok ya cuma beraninya sama warteg/warung makan kecil2, sekalian atuh KFC, MC Donalds dan restoran2 mewah lainnya diobrak abrik.

    Ferry ZK

    nonmuslim=kafir => ya iyalah, kalo anda sendiri tidak suka dengan gaya bahasa Satire kenapa harus bawa2 nama nonmuslim segala sih? bilang aja baik-baik seperti ini (saya kutip penyataan Anda di atas):

    “Bila ingin memperbaiki datangi langsung ! Ajak bicara baik – baik, bukan dengan mengajak muslim lain membenci sesama muslim ! bahkan membuat satire !

    lebih enak dibaca bukan?
    memangnya nggak boleh ketawa2 sama nonmuslim? bukannya orang2 golongan kafir ini memang ada di AlQuran. tidak bersediakah anda hidup berdampingan dengan kafir ini?

  22. Kekerasan fisik, menurut saya tetaplah pada akhirnya ada yang dirugikan. kerugiannya juga berupa kerugian yang nyata.

    sedangkan tulisan satir, wah, itu pilihan. boleh dibaca, boleh nggak. kalo nggak suka ya nggak usah dibaca, kalo suka terusin.

    tapi ketika tiba2 segerombolan massa berteriak “allahuakbar” sambil bawa pentungan dan merusak – misalnya – warung makan milik kita, untuk menghindarinya aja sudah susah. masih untung kalo kita nggak ikut digebukin 😉

    jadi, sangatlah berbeda antara bisa memilih dengan tidak punya pilihan. membaca tulisan, kita punya kuasa; ditodong pentungan, kita kalah kuasa 😀

  23. Setuju sama Joe (walah nanti dipikir saya fansnya lagi) – heran, bagaimana orang bisa menyamakan FPI yg sudah melakukan tindakan fisik dgn kaum blogger yg nulis dgn gaya satire (plus misuh2..)
    Gerakan mahasiswa 1998 memberikan simpati kesemua lapisan masyarakat – muslim & non muslim, tua muda, kaya/miskin, berpendidikan ataupun tidak.
    FPI? Bahkan saya yg muslim & juga banyak blogger yg muslim tidak simpati pada tindakan mereka, apalagi yg tidak kenal islam.
    Simpati bung, itu diperlukan untuk mendapatkan dukungan…….
    Kekerasan, demi kekerasan, pemaksaan kehendak ya itu yg orang lihat dari FPI.
    Alasan tidak terlalu penting ketika selalu citra itu yg dilihat orang. Tunjukan wajah FPI yg lain dengan cara yg lebih baik untuk menyatakan FPI itu baik.

  24. 13 Ferry ZK

    Bisa jadi benar FPI telah salah kaprah, tetapi siapa tahu ternyata kesalah kaprahan mereka bersumber dari kekecewaan mereka terhadap perkembangan prilaku berakhlak di negri ini yang katanya mayoritas muslim, barangkali dalam hatinya mereka dihadapi dua pilihan antara menjadi “BRINGAS” dalam sikap terhadap ke munkaran atau menjadi “radikal murni” kemudian di cap teroris, kan bisa saja ternyata pilihannya masih lebih baik dibanding menjadi “radikal murni” ?

    “” seperti ungkapan anda bahwa mungkin saja mereka merasa gerah dengan berbagai tindakan maksiat yang subur di negara ini bahkan Aparat tidak mungkin tidak seringkali berada di belakang mereka, jujur sayapun kalau ngliat orang mabuk dijalanan, dibulan puasa, ngrokok seenakanya…kadang jadi geram juga.apalagi tempat2 diskotik begitu yang setuju atau tidak adalah sumber dari berbagai penyakit masyarakat selama ini, mulai dari narkoba,Wanita penghibur dan sebagainya.
    COba Aparat Indonesia ini bener2 tegas dan Juga Cerdas

  25. @yang memaklumi tindakan FPI

    Bukankah pemakluman itu akan menjadi semacam apologi-apologi yang akan mengacaukan tatanan negara ini? Entar jadi nggak ketahuan mana polisi mana masyarakat sipil.

    Jika memang misalnya polisnya belum benar, ya kita benerin polisinya, bukan lantas mengambil alih tugas polisi. 😉

  26. duh, diskusinya rame…
    saya ga tau nih yang pro dan kontra FPI yang mana,
    mending di list dulu deh… hehe..

    kasus FPI memang fenomenal.
    “hanya dengan melihat saja” orang2 sudah menilai ini dan itu.

    kalo memang prosedur pembubaran tempat-tempat maksiat dah berjalan say rasa wajar2 saja,

    misalnya memberi pernyataan ke tempat tersebut, bahwa kegiatan tempat tersebut mengganggu, dan meresahkan masyarakat. Trus ga ada tanggapan… coba ngurus ke polisi.. ga ada tanggapan… coba lobi ke pengurus tempatnya, g ada tanggapan..trus kasih peringatan kalo ada FPI mo bubarin tempat itu karena sangat urgent… ga ada tanggapan… hasil akhir: seperti di berita… ada pemaksaan keendak—>kalo ada bentrok fisik disi mah hal biasa atuh…

    yang saya lihat sih, seluruhnya jadi korban…
    bahkan blogger pun, jadi korban….
    jadi mikir yang enggak-enggak khan? hehe…

    kalo yang ngelakuin pembubaran salah satu partai giman ya?
    makin rame aja kali ya?

    kesimpulan yang bisa saya tangkap :

    sistem hukum di Indonesia masih kacau…
    seharusnya ktia bertanya, kok bisa ada tempat yang berkegiatan seperti itu? izinnya legal gitu? kalo legal? lebih dipertanyakan lagi… sapa yang ngasih izin? ga mikir gitu?

    sudah bisa ditebak ternyata buatan manusia teidak ada yang abadi..hehe… (hukum negara ini buatan manusia khan?)

    dah ah… cape… napas duiu…

    btw, setuju ma yang dikatakan Ferry ZK, saling nasehatinya langsung aja ke orangnya.
    ataukah kita lebih memilih diam di depan komputer? mencari pembenaran disana-sini akhrinya keluar autokoment (tanpa berpikir) dan langsung meg-iya-kan kata2 orang lain.

    say suka kata2 ini : benar belum tentu sesuatu yang dilakukan para mayoritas, dan juga sebaliknya, salah pun sebaliknya.

  27. @ Gress,

    Walah malah dah lama gw hidup ma orang kafir, secara istri gw sendiri orang katolik but jangan tanya ken.. nafa.. coz tar jadi panjang uraianya he.. he..

    apa hubunganya yak satire sama nama non muslim terangin dunk om…

    Tertawa dengan orang kafir dan menertawakan sesama muslim ? karena niatan memerangi ke munkaran (* terlepas kaidah benar / salah *) ?… inalillahi.. insyaALLAH gak kan gue lakuin deh…

    @ danalingga,

    Bukan pemakluman, tetapi mbok ya sesama muslim memelihara ukuwah bukan saling menghujat, dari pada di hujat laporin aja ma polisi dan serahkan kepada mereka sementara kita tidak perlu mencaci maki sesama muslim.
    (* jadi sama – sama kita tunggu ketegasan polisi, lebih tegas mana sama maksiat yang secara uu jelas dah dilarang atawa sama “kekerasan ilegal” ? *)

    Salam Damai.

  28. di saat seperti inilah kita harus mencontoh rasul kita…
    tempatkan lah sesuatu itu pada tempatnya.

    bukankah Muhammad itu orang yang pemaaf ?
    bukankah Muhammad itu orang yang sabar ?
    bukankah muhammad itu orang yang keras ?
    bukankah muhammad itu orang yang berpegang teguh kepada akidahnya (Islam) ? agama yang di ridhai Allah

    jangan2 anda berpikiran bahwa ajaran muhammad itu sudah kuno?
    nggak cocok untuk diterapkan pada zaman ini?
    islam itu sudah kadaluarsa?
    lain dulu lain sekarang ? begitu?

    kalau begitu anda tidak beda dengan orang2 nasrani dan yahudi yang mengubah ajaran rasul-rasul mereka dan mengubah kitab-kitab mereka sendiri karena mengikuti hawa nafsunya.

  29. Ping balik: FPI dan Ke- satire -an nya « HERIANTO ’s blog

  30. Kekerasan…..dalam bentuk apapun apalagi mengatasnamakan atau menjustifikasi bahwa dia yang ter…
    hanya ALLAH hakim yang agung…bukan manusi-manusia munafik yang mengaku…..terbaik, terbenar……….dan gampang diprovokasi karena …..kebegoan

    Herianto :
    Hanya Allah Yang Maha Tahu, dan kita diberi tahu untuk mengetahui Tahu-NYA itu, kecuali jika kita tak mau tahu atau pura2 tidak tahu… 🙂

Tinggalkan Balasan ke Ferry ZK Batalkan balasan